Ini Dia! Dampak Toxic Positivity Yang Jarang Orang Ketahui


Toxic positivity adalah suatu tindakan menghindari, menekan, atau menolak emosi negatif seperti sedih, marah atau kecewa dari kejadian yang dialami.

Tindakan ini dapat berupa penyangkalan terhadap emosi negatif oleh diri sendiri atau penolakan yang dilakukan oleh orang lain terhadap emosi negatif yang kita alami.

Jadi toxic positivity ini adalah adanya penyangkalan emosi negatif dan sebaliknya berusaha untuk berpikir positif. Jika hal ini dilakukan terus menerus dapat berbahaya bagi kesehatan karena dapat mencegah seseorang untuk memproses emosi negatif dan menyelesaikan masalah atau mengatasi tekanan yang dialami. 


Baca juga: Biar Nggak Mageran, Berikut 5 Tips Menghilangkan Rasa Malas


Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus berusaha menghindari emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa, dari suatu hal yang terjadi. Padahal, emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

Penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan PTSD.

Beberapa contoh dibawah ini adalah pemikiran-pemikiran yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi pola pikir toxic positivity, antara lain adalah:


1. Menasehati seseorang yang baru saja kehilangan orang terkasihnya bahwa segala hal yang terjadi            memiliki alasan tertentu.

2. Membandingkan keadaan buruk seseorang dengan keadaan diri sendiri yang dianggap lebih buruk.

3. Menuntut diri sendiri untuk terus mendapatkan pencapaian baru tanpa memikirkan kesulitan yang          mungkin akan dihadapi.

4. Menanamkan pikiran “lihat sisi positifnya” ke diri sendiri setiap mengalami keadaan buruk.



Kenali ciri-ciri toxic positivity

Toxic positivity umumnya muncul melalui ucapan. Orang yang memiliki pemikiran yang demikian mungkin bisa sering melontarkan petuah yang terkesan positif, tapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif. 

Perilaku toxic positivity seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang terjebak dalam hal tersebut. Oleh sebab itu, penting untuk mengenal ciri-ciri toxic positivity agar Anda dapat menghindari perilaku buruk ini.

Adapun ciri-ciri seseorang yang terjebak dalam perilaku toxic positivity adalah sebagai berikut:

Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sedang dirasakan

Terkesan menghindari atau membiarkan masalah

Merasa bersalah pada diri sendiri setiap kali meluapkan emosi negatif

Mencoba memberikan semangat kepada orang lain, tapi sering disertai dengan penyataan yang                seolah meremehkan, misalnya mengucapkan kalimat “jangan nyerah dong, gitu aja gak bisa”

Sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri dengan orang lain, contohnya, “lu mah              mending, yang lebih parah banyak”

Melontarkan kalimat yang menyalahkan orang yang tertimpa masalah, misalnya ‘Coba, deh, lihat          sisi positifnya. Lagi pula, ini salahmu juga, kan?”


Baca juga: 5 Tips Belajar Jitu yang Membuat Kamu Makin Cerdas



Dampak negatif dari tindakan toxic positivity :

Adanya perasaan yang ditekan sehingga membuat emosi negatif menjadi sulit untuk diatasi. Ketika ditekan, emosi negatif tersebut akan lebih intens dan menjadi sulit untuk dikelola dan menjadi tidak terkendali.

Merasa malu karena merasa bahwa perasaan tersebut salah.

Tidak menjadi diri sendiri karena memaksa diri untuk bersikap positif ketika ada masalah sehingga mengabaikan perasaan yang sebenarnya.

Rendah diri (Inferiority Complex). Toxic positivity akan membuat seseorang mudah untuk merasa rendah diri apabila terlihat sedang tidak baik-baik saja ketika berhadapan dengan orang lain.

Merasa terisolasi dari orang lain, jika orang lain menyarankan supaya jangan khawatir, kita akan merasa bahwa hanya kita satu-satunya yang memiliki emosi negatif dari suatu masalah, akibatnya kita menyimpan perasaan itu sendiri, yang membuat kita merasa terisolalasi dan tidak mau bergantung pada orang lain padahal kita sedang membutuhkan dukungan.

Menjadi pasif, cenderung mengabaikan masalah dan tidak melakukan tindakan apapun untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Membahayakan kesehatan jika dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, bisa menimbulkan masalah kesehatan mental seperti stres, cemas, sedih berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan napza, depresi, anxiety disorder, post traumatic disorder (PTSD) dan juga masalah kesehatan fisik.


Cara menghindari toxic positivity


Rasakan dan kelola emosi negatif

Terlalu berlarut-larut dalam emosi negatif memang tidak baik. Namun, Anda tetap perlu menerima perasaan negatif tersebut agar tidak terjebak dalam perilaku toxic positivity. Anda dapat mengelola dan meluapkan emosi negatif dengan menulis jurnal atau berdiskusi dengan teman dan keluarga.

Pahami Masalah Tanpa Menghakimi

Perasaan negatif yang kamu atau orang lain rasakan bisa muncul karena berbagai pencetus, mulai dari stres karena pekerjaan, masalah keluarga atau finansial, hingga gejala gangguan mental tertentu, seperti gangguan mood.

Oleh karena itu, cobalah untuk memahami perasaan tersebut dan temukan cara yang tepat untuk melepaskannya. Ketika teman sedang berkeluh kesah dan meluapkan emosi yang sedang dirasakan, Anda dapat mendengarkannya sebaik mungkin tanpa menghakimi. Anda juga perlu menghindari perilaku membandingkan keadaan teman dengan keadaan diri sendiri yang dianggap lebih buruk.

Hindari membanding-bandingkan masalah

Setiap orang memiliki tantangan dan masalahnya masing-masing. Apa yang kamu anggap mudah dan sulit itu tentunya berbeda dengan orang lain. Bisa saja kamu merasa hal tersebut mudah padahal bagi orang lain itu sangat sulit, begitu pun sebaliknya.

Gunakan Media Sosial dengan Bijak

Media sosial yang digunakan secara tidak bijak dapat memicu seseorang terjebak dalam toxic positivity. Hal ini dikarenakan penggunaan media sosial secara tidak bijak yang berlebihan 



Baca juga: 3 Cara untuk Move On, Bukan Melupakan tapi Memaafkan



Editor: Ivan Ashura

Komentar