Cara Berani Tidak Disukai, Cocok Buat People Pleaser Agar Lebih Bahagia

 



Siapa, sih yang di hidupnya melakukan suatu hal agar tidak disukai? Kebanyakan orang berlomba-lomba untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya agar orang lain suka padanya.

Contoh terdekatnya deh, berapa banyak sih dari kita setiap mau posting foto diri, ambil fotonya berkali-kali setelah itu dipilih yang paling bagus. Belum berhenti sampai situ, setelah dipilih paling bagus dieditnya bisa berkali-kali pula. Hayo, siapa yang tersentil, nih? :D

Kira-kira ketika kita selalu memikirkan pendapat orang lain terhadap semua keputusan kita, apakah kita merasakan kebebasan?

Jadi, arti kebebasan itu sebenarnya seperti apa?

Kebebasan mungkin menjadi hal yang diinginkan semua orang. Kebebasan memberikan kita kesempatan untuk memilih cara hidup atau memiliki kontrol penuh atas keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai diri kita.

Lalu, apakah dengan mencari keridhoan manusia kita akan merasakan kebahagiaan?

Cukuplah dengan ridho Allah subhanahu wa ta'ala bagimu, sungguh mencari ridho manusia adalah tujuan yang tidak akan pernah tergapai. Sedangkan ridho Allah subhanahu wa ta'ala adalah destinasi yang pasti sampai.


Agar lebih lengkap, berikut ada cara berani tidak disukai yang bisa kamu lakukan agar terhindar dari sifat people pleaser.

Baca Juga : People Pleaser, Si yang Paling Merasa Nggak Enakan Sama Orang Lain


Jangan Jadikan Masa Lalumu Sebagai Alasan Untuk Kamu Berperilaku Buruk


Foto oleh Alex Green:
https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-tempat-tidur-kamar-tidur-tidak-berwajah-5699860/


Kita pasti sering mendengar soal trauma. Trauma terjadi karena kejadian buruk di masa lalu yang mengakibatkan perilaku sekarang dipengaruhi kejadian masa lalu.

Mungkin ada benarnya, setiap yang terjadi sekarang karena adanya pengaruh kejadian di masa lalu yang membuat diri kita jadi belajar dan berhati-hati jika menemukan kejadian yang serupa.

Namun, masa lalu atau dalam hal ini trauma tentu tidak bisa dijadikan alasan ketika kita berperilaku buruk kepada orang lain atau apapun.

"Aku tuh suka begini, karena aku tuh dulu begini dan begitu.."

Kata-kata seperti itu seakan-akan menjadi alasan yang kuat dan ampuh. Padahal, nyatanya setiap manusia itu memiliki pilihan.

Manusia itu memiliki pilihan dan keputusan akan hal apa yang akan dilakukannya. Masa lalu hanya bisa dijadikan pelajaran hidup untuk saat ini. Nggak bisa tuh dijadikan alasan untuk memaklumi perilaku buruk kita.

Yang paling penting dari poin ini, kita harus selesai dan berdamai dengan diri sendiri. Karena hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Gimana? Kebayang, ya?

Walaupun Makhluk Sosial, Masalah Manusia Seringnya dari Hubungannya Dengan Orang Lain


Foto oleh Gotta Be Worth It:
https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-alam-liburan-orang-orang-5209830/


Kamu sadar nggak sih, kalau setiap masalah manusia itu hampir semuanya akar permasalahannya adalah hubungan interpersonal?. Variabel orang lain selalu memengaruhi kebebasan kita dalam bertindak.

Manusia memanglah makhluk sosial yang tentunya tetap butuh berinteraksi dengan manusia yang lainnya. 

Namun, untuk tetap menjadi "manusia" kita tetap harus memiliki batasan atau tetap berikan jarak kepada orang lain.

Bukan artinya benar-benar jauh dan tak pernah terlibat dengan manusia, tetapi kita tetap bisa mengulurkan tangan saat kita dibutuhkan.


Hidup untuk Saat Ini, Detik Ini, Dan Sekarang

Hidup untuk saat ini. Karena, masa lalu itu hanyalah hal yang sudah terjadi dan tidak bisa diubah, dan masa depan adalah hal yang bukan kehendak kita, hal yang belum terjadi.

Yuk, coba fokus untuk hidup saat ini, detik ini, dan sekarang. Bisa?

Kalau kamu masih sulit untuk fokus akan saat ini. Coba deh, perhatikan sekitar kamu, ada apa saja barang-barang di sekitarmu?

Coba juga perhatikan suara yang kamu dengar. Detik jam yang terus berdetik. Suara motor yang melintas. Suara angin yang berhembus dari kipas angin.

Coba juga rasakan hal apa yang menyentuh kulitmu. Entah udara yang hangat ataupun dingin.

Terkadang, setelah kamu mencoba untuk lebih memperhatikan saat ini, biasanya ada saja tuh yang ternyata baru kamu sadari saat itu.

"Oh ternyata, suara jamnya seperti itu?"
"Oh ternyata, suara kipas anginnya seperti aneh ya, mungkin rusak kali ya.."

Apakah kamu sekarang baru menyadari suatu hal yang biasanya selalu terluput oleh kamu?

Fokus, yuk akan pilihan yang akan kita buat saat ini. Sehingga kita bisa memaafkan diri kita di masa lalu dan menerimanya lebih lapang serta mengurangi rasa cemas akan masa depan.

Sudah merasa lebih tenang, sekarang?


Miliki Batasan dan Tetap Menjadi Bagian dari Masyarakat

Manusia itu tetap pada fitrahnya, yaitu manusia adalah makhluk sosial. Tetap butuh yang namanya interaksi sosial, pertemanan dan dicintai.

Agar terhindar dari sifat egois atau menganggap dirinya menjadi pusat perhatian, manusia tetap harus menjadi bagian dari masyarakat.

Namun, yang terpenting tetap beri jarak akan orang lain dan tetap punyai batasan diri. Nggak semuanya bisa masuk akan kehidupan pribadimu, tetap kendalinya ada pada dirimu.



The Last but Not Least, Jangan Jadikan Bahagia Tujuan Hidup

Nahloh, bingung nggak? Padahal di judul tertera "Agar lebih bahagia", tapi jangan jadikan bahagia tujuan hidup? Bagaimana tuh?

Karena, pada dasarnya kita bisa merasakan kebahagiaan kapan saja kita mau. Semua tergantung respon dan reaksi kita terhadap kejadian yang ada di kehidupan kita.

Menurut teori Psikologi Adler, hidup bukan seperti garis lurus melainkan sebuah rangkaian momen. Jika, hidup disamakan dengan garis lurus maka seakan-akan hidup kita seperti mendaki gunung. Tujuannya untuk mencapai puncak. Lalu, jika tidak sampai puncak, perjalanan mendaki gunung itu akan sia-sia?

Maka, lebih tepatnya hidup itu seperti perjalanan wisata atau berlibur jalan-jalan. Contohnya, kita mau pergi ke Jogja ingin mengunjungi Jalan Malioboro yang terkenal itu.

Lalu, pada saat wisata tersebut, kita akan merasakan bahagia bahkan sebelum melihat jalan malioboro di Jogja itu, baru naik ke atas kendaraan dan berkeliling saja sudah bahagia.

Bahkan, saat keluar rumah pun kita sudah merasakan kesenangan dan bahagia. Pada momen-momen liburan tersebut, sebelum melihat Jalan Malioboro itu, kita nginap di hotel dulu, kemudian makan makanan khas Jogja.

Kalau tujuannya benar-benar ingin ke Jalan Malioboro, kita bisa saja naik mobil langsung pergi kesana agar langsung menuju ke tujuan lalu habis itu pulang.

Tapi, memangnya berlibur itu seperti itu?

Mulai kebayang, ya, sekarang kebahagiaan itu seperti apa?

Kalau kamu, mau mencoba cari tahu bagaimana cara berani tidak disukai lebih dalam dan lebih terperinci, coba deh baca buku yang berjudul "Berani Tidak Disukai" karya Ichiro Kishimi & Fumitake Koga. Karena beberapa bagian yang aku setuju, aku terinspirasi dari buku itu juga.


Sumber gambar : 
Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/dua-emoji-kuning-pada-kotak-kuning-207983/

Komentar