New Normal? Apakah Ini Masih Bisa Disebut Keadaan Normal?


New Normal atau dalam bahasa Indonesia Kenormalan Baru terkadang disebut kewajaran baru atau kelaziman baru. Presiden Jokowi telah meminta seluruh jajarannya mempelajari kondisi lapangan untuk mempersiapkan tatanan normal yang baru di tengah pandemi Covid-19

Virus Corona masih beredar dan menginfeksi manusia. Namun, banyak negara yang mengambil langkah pelonggaran lockdown. Di luar rumah, sulit untuk menentukan peringkat risiko, karena kondisi lingkungan sangat beragam. Risiko tertular juga tampaknya lebih tinggi ketika orang lebih aktif secara fisik.

Apakah ini masih bisa disebut keadaan normal? Ketika kita tidak lagi bisa beraktifitas dengan santai seperti sebelum adanya corona. New Normal mungkin bisa menjadi salah satu cara yang dapat membebaskan kita, tapi apakah langkah ini sudah tepat?

Dilansir dari nasional.kompas.com "Tidak menjadi suatu euforia baru bahwa kenormalan ini seakan-akan membebaskan kita kembali beraktifitas sebelum seperti kejadian pandemi Covid-19" Kata Yuri di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (31/5/2020)

Yuri mengatakan kita menerapkan new normal bukan berarti tidak menjalankan protokol pencegahan virus Covid-19. New Normal itu tetap produktif tapi tetap memastikan aman dari penularan virus corona.

Keadaan kita ini harus bisa diterima oleh seluruh orang. Bahwa kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan dengan benar. Terdengar menyulitkan, tapi coba deh kita pikirkan lagi, ini pasti untuk kebaikan bagi kita semua.

Corona itu suatu virus yang sangat berbahaya, jangan pernah kita meremehkannya. Wacana new normal ini baru diterapkan di beberapa provinsi yang sudah dianggap bisa melaksanakan new normal ini.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menegaskan, seluruh pihak harus mempersiapkan diri untuk menyambut fase keadaan new normal dalam kehidupan di tengah pendemi Covid-19.

Dilansir dari detik.com Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman sempat menyatakan, virus corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama. Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus corona.

"Artinya berdampingan itu ya kita bisa aja musuhan sama siapa, tapi jalan bersama-sama itu bisa. Tapi kalau damai, ya itu istilah aja sih, tapi mungkin dari sudut virologi, istilah berdampingan itu lebih dapat dipraktikkan ya," kata Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio.

Manusia punya sejarah dan pengalaman hidup berdampingan dengan mikroba seperti virus influenza, HIV, dan demam berdarah. Menurut Prof Amin yang perlu dilakukan adalah mengenali virus tersebut untuk bisa mencegah penularannya.


Terkadang hal yang kita pandang buruk belum tentu memang buruk buat kita. Mungkin ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua agar kita bisa lebih aware terhadap kebersihan dan kesehatan. Dan kita bisa belajar lagi, bahwa di keadaan new normal ini kita harus bisa mematuhi peraturan pemerintah kita. Lagian ini untuk kebaikan kita juga, bukan?

Yuk, sekarang kita biasakan kehidupan normal baru ini dengan baik, semoga virus ini bisa cepat selesai dan hilang. Dan kita bisa berkehidupan normal yang benar-benar normal seperti sedia kala. Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin.

Komentar

  1. Tetap memilih utk meminimalisir keluar rumah 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. saya juga masih takut lebih memilih di rumah aja dulu

      Hapus
  2. Di rumah aja lebih baik. Ruangsekolah.net

    BalasHapus
  3. yang saya takutnya secara pribadi adalah ketika new normal ini di terapkan. Lonjakan angka pasien postitif covid-19 menjadi semakin tinggi. Sekarang aja masyarakat yang kebanyakan stay at home angka pasien postif corona masih selalu menujukan peningkatan.

    saya juga menulis keresahan tentang corona dengan penerapan fase new normal ini pada laman rubrikpena.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya yang saya takutkan juga begitu :( miris memang

      Hapus
  4. Betul gan mau ngga mau kita harus hidup berdampingan dengan covid-19 ini. Semoga saja keadaan segera membaik agar kita bisa benar-benar menikmati hidup normal.

    BalasHapus
  5. Jujur, kalau bisa UAS dirumah. Mending dirumah ketimbang kampus dalam keadaan pandemi begini, angka nya masih tinggi belum normal

    BalasHapus
  6. jangankan virus corona, virus influenza pilek batuk aja sampai sekarang enggak bisa dimusnahkan dan kita harus bisa beraktivitas berdampingan dengan virus-virus lainnya termasuk corona. Selama kita selalu memberlakukan protokol kesehatan saya kira kita dapat beraktivitas sampai benar-benar ditemukan anticirus atau vaksinnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa semoga keadaan bumi cepat pulih normal lagi seperti sedia kala aamiin

      Hapus
  7. Sebenernya kita ini mengalami fase dilema, kita keluar khawatir masih ada covid. Enggak keluar rumah kita enggak bisa cari makan. Mungkin ini solusi yang baik menurut saya, sebab ketika kita masih dirumah saja maka roda perekonomian bisa terhambat dan keuangan keluarga akan kacau

    BalasHapus
  8. Tak salah nya mungkin perlu di coba untuk New Normal ini ya buat menaikin imun kita kalo kebanyakan d rumah sih rasanya itu parno jd takut..

    BalasHapus
  9. Saya dukung saja deh segala kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, dan kita perlu ikuti anjuran pemerintah. Semoga dengan adanya kebijakan new normal ini, kedepannya masyarakat bisa hidup lebih sehat, menjaga kebersihan, dan menciptakan manusia yang lebih kuat dari sebelumnya, dan imun tubuh kuat dalam menghadapi penyakit apapun 👍

    BalasHapus
  10. Kalau sekarang blum bisa disebut normal sih. nanti kalau new normal udah terbiasa, baru jadi normal. Tapi smoga bisa hilang dan kita hidup normal sperti dlu (tapi kebiasaan buruk jangan di bawa-bawa lgi wkwk).

    BalasHapus
  11. Apapun istilahnya.. tetap harus belajar dari sejarah, sejarah pasti berulang. So, minimalisir keluar rumah dan jangan berkerumun.

    BalasHapus
  12. Aamiin. Memang, taat pada protokol jadi kunci untuk tetap menjalani new normal..

    BalasHapus

Posting Komentar