Ini Dia Gejala Impostor Syndrome yang Jarang Diketahui Banyak Orang - Kata “impostor” berasal dari bahasa Latin imponere, yang berarti “menempatkan di atas” atau “menipu”. Dalam konteks modern, istilah ini merujuk pada seseorang yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya, biasanya dengan tujuan menipu atau mendapatkan keuntungan tertentu.
Namun, dalam konteks psikologi, “impostor” sering dikaitkan dengan impostor syndrome, yaitu kondisi saat seseorang merasa dirinya tidak pantas atas pencapaian atau keberhasilannya, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya.
Baca juga: 4 Cara Jitu Hidup Bahagia dengan Mental yang Sehat
Orang dengan sindrom ini sering merasa seperti “penipu” karena meyakini bahwa keberhasilan mereka hanya hasil keberuntungan, bukan kemampuan mereka sendiri, meskipun sebenarnya mereka sangatlah kompeten.
Seseorang yang mengalami kondisi impostor syndrome merasa bahwa kesuksesan atau pencapaian yang mereka raih sebenarnya tidak pantas atau tidak sesuai dengan kemampuan atau nilai mereka. Mereka yang mengalami kondisi psikologis ini cenderung meragukan kemampuan mereka sendiri dan juga merasa bahwa orang lain akan menemukan bahwa mereka sebenarnya tidak kompeten.
Adapun pengertian Impostor Syndrome menurut Psikolog Klinis UGM, Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., impostor syndrome atau impostor phenomenon merupakan fenomena psikologis dimana seseorang tidak mampu menerima dan menginternalisasi keberhasilan yang ia raih. Dengan kata lain, orang yang mengalami impostor syndrome selalu mempertanyakan dirinya sendiri atas pencapaian atau prestasi yang telah diraih. Ia merasa kesuksesan yang berhasil diraih merupakan bentuk dari keberuntungan atau kebetulan semata, bukan karena kemampuan intelektual diri.
Penyebab Impostor Syndrome
Impostor syndrome umumnya terbentuk dari lingkungan yang baru atau penuh tekanan sehingga penderitanya berpikir bahwa ia tidak berharga, tidak pintar, atau selalu rendah diri. Berikut ini adalah beberapa penyebab imposter syndrome:
• Tinggal di lingkungan yang kompetitif.
• Pola asuh orang tua yang selalu mengutamakan pencapaian ketimbang proses.
• Memiliki sifat perfeksionis.
• Memiliki sifat ambisius dengan standar kesuksesan yang tinggi.
• Sedang menjalani peran baru, misalnya sebagai mahasiswa atau pekerja kantoran
• Kepribadian neuroticism, yang lebih mudah cemas, tidak percaya diri, dan merasa bersalah
• Fobia sosial, yaitu takut berlebihan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar
• Lingkungan yang diskriminatif terhadap suku atau jenis kelamin tertentu.
Baca juga: 3 Cara untuk Move On, Bukan Melupakan Tapi Memaafkan
Fahami gejala imposter syndrome
Gejala dari sindrom ini antara lain adalah:
• mudah cemas,
• tidak percaya diri,
• tidak mampu menilai kompetensi dan keterampilan diri secara realistis,
• mudah frustasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar yang ia tetapkan sendiri,
• senang menyabotase kesuksesan sendiri,
• cenderung perfeksionis, dan
• selalu menghubungkan kesuksesan dengan faktor eksternal.
Sindrom ini biasanya ditemukan pada orang yang tumbuh besar dalam keluarga yang menekankan pentingnya prestasi. Orang-orang yang berasal dari kaum minoritas, misalnya dari segi ras, suku, latar belakang ekonomi, atau jenis kelamin juga lebih mungkin mengalami sindrom ini.
Satu lagi, imposter syndrome juga sering ditemukan pada mereka yang baru saja terjun ke dunia profesional setelah menyelesaikan studinya (fresh graduate). Lulusan baru ini akan merasa bahwa dirinya belum pantas menjadi seorang profesional karena merasa tidak kompeten, meskipun sebenarnya memiliki kompetensi tinggi. Terkadang, sindrom ini bisa memicu motivasi untuk mencapai target yang diinginkan. Namun, seringnya hal tersebut disertai juga dengan rasa cemas terus menerus. Karena itu individu yang mengalami sindrom ini bekerja lebih keras dari yang diperlukan untuk memastikan bahwa hasilnya akan sempurna.
Sayangnya, meskipun berhasil, ia akan berpikir satu-satunya alasan yang menyebabkan kesuksesan itu terjadi karena ia telah begadang semalaman untuk mengerjakannya. Jika ia bekerja dalam tim, ia merasa bahwa keberhasilan itu adalah buah hasil usaha teman-temannya.
Nah, itu dia penjelasan mengenai definisi impostor syndrome, faktor penyebab, serta gejala yang perlu kamu ketahui. Semoga membantu!!
Baca juga:Antara Wanita Karier dan Ibu Rumah Tangga, Sebaiknya Pilih yang Mana?
Editor: Ivan Ashura
Komentar
Posting Komentar