Diam 1000 kata #season 2


Bab 4
Setiap hari,seperti biasa Aku setiap mendengar adzan selalu ke masjid. Ketika Aku sampai di masjid tiba-tiba tetanggaku bertanya kepadaku,padahal aku tidak membawa pulpen dan kertas bagaimana Aku menjawabnya?. Tetapi, mungkin dia tau Aku bisu jadi dia sudah menyiapkan kertas dan pulpen dan diberikan kepadaku. "Hafidz,kenapa kamu sering ke masjid? Kan di rumah bisa? Padahal kamu ada udzur loh,karena kamu punya kekurangan.." Katanya. Aku menjawabnya hanya dengan senyuman,kemudian qomat berkumandang kemudian Aku belum sempat menjawab dan Aku memberikan isyarat agar menyiapkan shof sholat terlebih dahulu. 
Setelah selesai Sholat Maghrib Aku pun melanjutkan dengan sholat sunnah ba'diyah. Beberapa saat,Aku setelah selesai sholat Aku pun ingin mengambil Al-Qur'an dan membacanya. 
Tapi,tiba-tiba bapak yang tadi bertanya kembali kepadaku pertanyaan yang sama dan kembali bertanya "Lah,kamu kan tidak bisa berbicara,bagaimana kamu membaca itu?" Sambil menunjuk ke Al-Qur'an yang Aku pegang
Aku pun kembali menjawab dengan senyuman. Kemudian dia memberikan kertas dan pulpen itu ke Aku. Aku bukan pakai buat untuk menjawab pertanyaannya,tapi kalian tahu kan Aku malah pakai kertas itu untuk memulai menghafal Al-Qur'an kembali. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa Aku tidak menjawab Bapak tersebut, Apakah kalian ingat dengan hadits Rasulullah saw "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berkatalah yang baik atau diam" maka dengan hadits itu aku pun lebih memilih diam,selain Aku tidak bisa berbicara Aku pun capek menuliskan jawabanku karena jawabannya sudah di jelaskan oleh Rasulullah bahwasanya laki-laki itu wajib ke masjid walaupun dia buta atau lumpuh sekalipun tidak ada udzur baginya kecuali sakit atau udzur yang bisa diterima oleh syariat.

Bab 5
Selasa,2 Februari 2005
Hari paling bahagia yang pernah kurasakan,hari dimana Aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Aku perlahan-lahan mulai bisa melantunkan surat Al-Fatihah dalam sholatku. Aku sangat bersyukur sekali,walaupun Aku tidak sefashih orang pada umumnya,tetapi Aku selalu bersyukur. Kata Mamaku bilang padaku "Hafidz,walaupun kamu punya kekurangan jangan pernah merasa lemah di hadapan orang lain,Biarkan dia menghinamu.. Yang penting kamu tidak menghinakan dirimu dengan meminta belas kasihan ya,nak" kemudian Aku menganggukan kepalaku dan Aku pun tidur di paha ibuku sambil di belai kepalaku dengan tangan lembutnya.

Bab 6
Di hari Rabu,3 Februari 2005 adalah hari dimana Aku mengikuti lomba hafalan Al-Qur'an bagi disabilitas. Ketika itu,Aku ditemani oleh Ibuku. Ayahku tidak menemaniku karena dia sedang sibuk berkerja. Aku sangat berharap sekali,ingin sekali rasanya bisa menang diperlombaan ini agar aku bisa membahagiakan dan membanggakan kedua orang tuaku. Beberapa saat aku menunggu giliranku untuk dipanggil maju untuk menyetorkan hafalan yang dia miliki. Pada saat itu,Aku sudah memiliki hafalan 11 juz pada umur 15 tahun. Bukan sebuah rekor baru,temanku berumur 9 tahun sudah hafal seluruh juz yang ada di Al-Qur'an yaitu sebagai Hafidz Qur'an. Seperti namaku,Mamaku menginginkanku sebagai Hafidz Qur'an yang memiliki akhlaq yang mulia dan menyayangi kedua orang tuanya selagi keduanya muda ataupun sudah berumur senja.
"Nomor urut 17 bernama Hafidz maju kedepan" Namaku dipanggil dengan nomor urutku. Aku muali bergetar,aku tidak pernah berada di depan kerumunan orang,aku tidak percaya diri. Aku takut! Rasanya Aku ingin turun saja dari kursi panggung ini. Tetapi beberapa saat Aku teringat dengan tujuanku bahwa Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dan membanggakan mereka. Dengan tekad itu akupun mulai menuliskan satu persatu huruf yang ada di ayat pertama di surat Al-Baqarah. Walaupun cm tiga huruf,tetapi ini tidak seperti biasanya Aku menulisnya dengan bergetar penuh kekecewaan. Tetapi dengan semangatku Aku pun kembali menuliskan ayat kedua dari surat Al-Baqarah. Yaitu "ذٰلك الكتاب لا ريب فيه هدًى للمتقين" yang artinya "inilah Kitab Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya bagi orang-orang yang bertaqwa". Aku pun tersentuh dengan ayat ini, dengan kata-kata bagi orang-orang yang bertaqwa berarti tidak semuanya yakin dengan Al-Qur'an ini Kitab Umat Muslim,kitab yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad صل الله عليه وسلم. Setelah menulis ayat itu Aku pun langsung menulis ayat ketiga dari surat Al-Baqarah. Tetapi,juri disitu hingga meneteskan air mata melihat ku menulis surat Al-Baqarah yang 5 ayat pun belum sampai. Ternyata.. Yang membuat terharu adalah suaraku dan ibuku yang menangis dengan haru. Ketika itu,ternyata selama bertahun-tahun aku bisu.. Akhirnya dengan tanpa operasi,lidahku bisa melantunkan ayat Allah yang mulia ini. Aku pun tersontak kaget dan Aku belum menyelesaikan lombaku,Aku langsung turun dari panggung dan menghampiri ibuku dan memeluknya,Kemudian Aku dan Ibuku sujud syukur kepada Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Bab 7
Aku pun tak menghiraukan lombaku kembali,Aku dan Ibuku sangkin bahagianya sampai-sampai kami berdua melupakan lomba itu, Dan Ibuku memelukku dengan erat dan mencium dahiku dengan bibirnya yang hangat. Rasanya seperti mimpi, Aku pun mencubit pipiku "Aaaahh!!"Teriakku. "Hey,Apa yang kamu lakukan?" Kata ibuku. "Ini bukan mimpi kan,ma?" Kataku sambil penasaran. Terus ibuku menjawab "ini mimpi nak.. Coba kamu cubit pipimu lagi,pasti tidak sakit" "Aaaaawww!!! Mama menipuku lagii!! Aduhh sakit mah" Teriakku sambil tertawa. "Hahahahaa ada-ada saja kamu,kan ibu bercanda malah kamu turuti.. Gimana sih?" Ibuku bergurau. Inilah momen terkahir Aku dengan ibuku.
Pada tanggal yang sama dengan lomba hafalan Qur'an ku yaitu Rabu,03 Februari 2005 ibuku meninggal karena tertabrak mobil. Pada saat itu kami berdua dijemput oleh Ayah,Ayah menemui kami di seberang jalan. Kami pun melambaikan tangan dan Ayahpun juga. Tetapi,karena kegirangan kami berdua ketika menyebrang jalan tidak melihat kanan kiri. Kami berdua tertabrak tetapi Aku selamat dan ibuku luka parah dan tidak bisa di tolong dan pada saat itu juga Aku kehilangan seorang malaikat tanpa sayap yang selalu mendidikku dengan tulus tanpa pamrih.

Sejak saat itulah Ayah berubah

Komentar