Mengapa Membaca dan Menulis Begitu Penting?

menulis


Ini adalah pengalaman kisah nyata seorang penulis 24 buku dalam 4 tahun yaitu Hernowo Hasim.

Dia menceritakan dirinya, bahwa ia dari dulu hingga ia berumur 40 tahun, dia tetap merasa gugup dan gagap saat ingin mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya.

Ia tetap gagap dan gugup dalam bekomunikasi. Sampai suatu ketika, dia di amanahkan menjadi General Manager(GM) Editorial Penerbit Mizan.

Kemudian, Ia pun jadi membiasakan diri untuk menuliskan pemahamannya untuk dinikmatinya sendiri.
Tulisan yang ia tulis dari pemahaman yang ia dengar, misal dari ceramah yang sering di putar di TV saat Ramadan tiba. Maka, esok paginya ia akan menuliskan pemahamannya. Malah kadang ia cetak tulisan-tulisannya untuk ia baca dan nikmati sendiri, kemudian ia tempel di mading(majalah dinding) kantor. 

Kadang, setiap ia habis membaca berita di koran atau majalah, maka dia akan menuliskan kembali pemahamannya atas berita yang sudah dibacanya.

Atau, dia terkadang menuliskan itu kemudian dicetak dan di fotokopi sebanyak tujuh hingga belasan lembar, dan dibagikan kepada rekan-rekan di kantornya untuk dibaca.

Tanpa dia sadari,kegiatan menuliskan-kembali apa-apa yang beliau pahami tersebut telah menjadi kebiasaan dan telah memperbaiki kegagapan dia dalam berkomunikasi.

Akhirnya pada tahun 2001, ia menerbitkan buku pertama yang berisi tentang rumus kegiatan yang telah berhasil memperbaiki kemampuan berkomunikasinya tersebut.
Dia menamainya dengan "mengikat makna". 

Inti mengikat makna adalah memang membaca sederet teks yang telah dibaca kemudian secara bebas menuliskan kembali dengan pemahaman sendiri.

Atau juga bisa merekam suara yang berisikan penyampaian kembali pemahaman tersebut.

Nah, ada salah satu buku terbitan kaifa yang penulisnya adalah orang yang sedang kita bicarakan ini, yaitu Hernowo Hasim dalam bukunya yang berjudul "Flow di Era Socmed",
Dia ingin menjelaskan mengikat makna yang sesungguhnya adalah merupakan sebentuk pelatihan yang dapat melejitkan empat kecakapan berbahasa- membaca, menulis, berbicara, dan menyimak yang juga sebagai empat kemampuan dasar berkomunikasi.

Kalau kata mbak Dee Lestari, "Membaca itu seperti melatih otot, semakin sering dilakukan, maka otot membaca kita akan semakin kuat.

Oleh karena itu, mulailah membaca buku yang membuat kita tertarik untuk membacanya. Apabila otot membaca kita sudah menguat, kita akan dapat membaca dengan variasi tema dan bobot yang berbeda.
Dengan begitu, minat membaca akan meningkat seiring dengan banyaknya materi bacaan yang dapat kita olah."

Selain, membaca dan menulis itu dapat meningkatkan skill komunikasi kita, membaca dan menulis juga dapat menyuarakan pendapat kita di zaman yang berpendapat bisa dari mana saja, tidak harus media saja yang bisa mengemukakan pendapatnya. Kita juga bisa.

Membaca dan menulis ini banyak sekali manfaatnya, ya. Dan memang membaca dan menulis itu terkadang suatu hal yang nggak bisa dipisahkan. Kenapa? Karena ketika kita menulis, kita harus memiliki bahan bakar yang banyak yaitu dengan banyak membaca. Ketika kita sudah banyak baca, barulah kita mengeluarkan semua ide-ide pikiran kita dalam tulisan.

Nah, bagaimana untuk menjadi pembaca yang baik? Tentunya, anda harus memiliki kebiasaan membaca terlebih dahulu. Sebisa mungkin anda membaca buku saru hari satu buku. Lalu, setelah selesai membaca buku, resapi kata-kata yang telah anda baca. Dan mulailah berfikir.

Apa yang telah anda dapatkan dari buku itu? Setelah anda seakan mendapatkan ilmu baru atau hal baru dari buku itu, segeralah catat hal itu ke dalam sebuah buku atau catatan kecil.

Hal ini tentu secara langsung dapat melatih anda sebagai pembaca dan penulis yang baik. Selain mendapatkan kosa kata baru, anda juga dapat melatih otak anda untuk mulai menulis, mulai merangkai kata dalam mencatat intisari yang telah anda dapatkan selama membaca buku.

Lakukanlah hal ini sesering mungkin, serutin mungkin. Kalau bisa setiap hari. Atau kalau mau lebih simple , aktiflah di media sosial, seperti twitter, instagram, facebook, dan banyak media sosial lainnya. Kemudian, anda bisa follow akun-akun yang selalu update tentang kata-kata baku atau para penulis dan sastrawan.

Sering-sering lah update  dengan bacotan mereka, mudah-mudahan anda akan tertular dengan gaya penulisan mereka, atau lebih kerennya lagi anda bisa menemukan gaya penulisan anda sendiri. Lalu praktekkan sedikit demi sedikit dalam cuitan anda di media sosial anda.

Itu akan melatih kita dalam membiasakan membaca dan menulis dengan baik. Maka, membaca dapat meningkatkan kemampuan kita berkomunikasi. Apalagi sambil diiringi dengan menulis kembali, itu akan membuat kemampuan berbahasa, berkomunikasi kita semakin kuat.

Mau coba? Coba dari sekarang. Mulai dari membeli buku yang menarik perhatianmu, kemudian baca, beli lagi, baca lagi. Selain meningkatnya minat baca, itu juga akan memperluas wawasan dan kemampuan berkomunikasi kita.

Komentar